Diajak bicara tak menoleh, bukan tanda si kecil tak tahu sopan santun.
Di usia balita, perhatian mudah teralih dan anak belum paham dengan tata
laksana berbicara dengan orang lain yang benar. Anda perlu membuatnya
menatap Anda saat Anda mengajaknya bicara.
1. Minta untuk menatap. Setiap anak
terlihat tidak mendengar perkataan Anda, ulangi terus. Jika tetap
tampak tidak mendengar, segera minta dia untuk menatap Anda. “Adik,
lihat Bunda dong. Bunda sedang bicara dengan adik, lho!” Katakan dengan
nada halus agar si kecil tidak merasa diintimidasi. Permintaan untuk
menatap ini menjadi salah satu cara belajar anak, bahwa berbicara dengan
orang lain harus dengan cara menatap lawan bicaranya.
2. Posisi badan sejajar. Posisikan
badan Anda sejajar dengan tinggi badan anak dengan jarak tidak terlalu
jauh. Posisi seperti ini membantu anak fokus pada Anda. Ia dapat
menangkap pesan yang Anda berikan dan berdialog dengan Anda. Ketika si
kecil masih terlihat tidak menoleh atau memerhatikan Anda, sentuh
pundaknya sebagai bentuk meminta perhatiannya. Bila jarak Anda dan si
kecil jauh, Anda akan kesulitan untuk menyentuhnya, bahkan ia bisa
merasa Anda tidak menganggapnya sebagai lawan bicara yang penting,
begitu juga dengan pesan yang Anda sampaikan.
3. Kontak mata. Anda
sering mendengar “bicara empat mata” yang artinya pembicaraan yang
membutuhkan kontak mata yang kuat. Kontak mata sangat dibutuhkan ketika
Anda berbicara dengan anak. Kontak mata menandakan Anda
bersungguh-sungguh mengajaknya berbicara. Si kecil juga merasa dirinya
dianggap sebagai orang penting bagi Anda. Bukan hanya kalimat menegur
atau perintah yang membutuhkan kontak mata dengan anak, dialog sederhana
juga membutuhkan kontak mata.
4.
Bermain peran berbicara dengan orang lain. Bisa jadi anak tidak
paham bagaimana memperlakukan lawan bicaranya. Dia sebenarnya mengerti
apa yang Anda bicarakan, dia juga mau melakukan apa yang Anda minta.
Ajarkan cara berbicara pada orang lain dengan mengajaknya bermain peran.
Gunakan boneka-boneka milik anak. Berikan peran kepada masing-masing
boneka. Posisikan wajah boneka berhadap-hadapan ketika sedang berbicara
agar si kecil tahu begitulah sikap yang baik ketika berbicara dengan
orang lain.
5. Cari perhatian
anak. Kemampuan si kecil tentang pemahaman dan tingkat
konsentrasi yang belum sempurna mengharuskan Anda selalu mencari
perhatian anak. Satu kali dipanggil tidak menengok, dua kali dan ketiga
kali masih juga belum menengok ke arah Anda, segera cari perhatiannya,
misalnya dengan menghampiri kemudian menyodorkannya satu barang yang
membuat si kecil tertarik berbicara dengan Anda. Meski begitu hati-hati,
jangan sampai barang tersebut malah terlalu mengalihkan perhatiannya.
Jika ini terjadi, langsung jauhi barang tersebut.
6. Beri penjelasan. “Adik, lihat Bunda
dong kalau diajak bicara!” Anda sering mengucapkan kalimat ini ketika
si kecil tak juga memerhatikan Anda. Berhasil? Tidak selalu! Ia bosan
mengapa harus menatap Anda ketika berbicara dengan Anda. Dia tidak tahu
kenapa itu harus dilakukannya. Anda perlu memberikan penjelasan mengapa
Anda mengharapkan si kecil menatap Anda. Lengkapi kalimat “Lihat, Bunda
dong” dengan “Lihat Bunda dong, karena kamu perlu melihat ini adalah
mainan yang harus kamu bereskan.” Jelaskan pula bahwa menatap orang yang
sedang berbicara merupakan bentuk penghargaan dan bersikap santun
kepada orang tersebut.
7.
Ketahui kemampuan pemahaman anak. Setiap anak punya kemampuan
pemahaman yang berbeda-beda. Ada yang sudah paham bila Anda bertanya
“Alasan apa yang membuat kamu melakukan itu?” Namun, ada juga yang baru
bisa paham bila Anda bertanya “Adik, Bunda ingin bertanya, kamu tadi
kenapa membuang gelas-gelas itu?” Alasan anak tidak menatap Anda ketika
diajak berbicara, bisa saja karena dia tidak paham kepada siapa Anda
bicara dan Anda bicara tentang apa. Gunakan kalimat pendek, dan
sederhana sebab kemampuan konsentrasi anak usia 2-3 tahun masih belum
berkembang sempurna.
8. Pilih
momen. Menunggu momen yang tepat untuk berbicara dengan orang
lain, termasuk si kecil, merupakan cara yang jitu. Orang dewasa saja
tidak mau diganggu bila sedang asyik dengan aktivitasnya, begitu juga
anak. Jika Anda bisa menunggu dia hingga tidak terlalu sibuk, mengapa
tak menunggu? Kalau anak sudah selesai dengan aktivitasnya, mudah untuk
Anda mengajaknya berbicara berhadapan. Untuk mengetahui, mulailah
pendekatan terlebih dahulu sebagai bentuk interupsi. Cara ini membuat
anak memiliki persiapan untuk menghentikan aktivitasnya.
9. Minta
tolong. Percaya dengan salah satu dari 6 huruf ajaib, “TOLONG”?
Coba, katakan “Tolong...” ketika berbicara pada anak sebelum
mengemukakan kalimat perintah. Si kecil niscaya tidak merasa dipaksa dan
diperintah sehingga ia tidak lagi mengulang perilaku tidak mau melihat,
sebagai bentuk atau cara pura-pura tidak mendengar ucapan Anda. Cara
ini sekaligus mengajarkan anak bagaimana bersikap santun.
10. Beri contoh. Mengajarkan bagaimana
mendengarkan dan menatap si pembicara butuh contoh konkret. Jika anak
merasa didengar dan ditatap ketika sedang berbicara, ia akan menyerap
dan meniru bagaimana menjadi pendengar yang baik atau merespons sumber
pembicara.
by http.ayahbunda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar